PPLH IPB University meriset lingkungan pesisir dan laut di TWNC (Tambling Wildlife Nature Conservation) Lampung Selatan

PPLH IPB University meriset lingkungan pesisir dan laut di TWNC (Tambling Wildlife Nature Conservation) Lampung Selatan

TWNC adalah kawasan konservasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang berada di ujung selatan Sumatera, Kabupaten Pesisir Barat (Provinsi Lampung).  TWNC merupakan bagian dari TNBBS (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan) yang menjadi salah satu World Natural Heritage UNESCO.  TWNC yang merupakan kawasan konservasi insitu Harimau Sumatera (Panthera tigris), juga menjadi habitat rusa sambar dan kerbau liar.  Keberadaan populasi rusa sambar dan kerbau liar disokong oleh adanya padang rumput (grassland). Pada sore hari kedua populasi mamalia ini akan bergerombol di padang rumput untuk mencari makan (grazing) dan jumlahnya cukup banyak.   Rusa Sambar merupakan rusa dengan ukuran besar.  Kelestarian habitat dan para satwa ini sangat dijaga oleh pengelola TWNC dengan dibangunnya sejumlah pos patroli dan diadakan patroli rutin di dalam kawasan.

Selama tim PPLH IPB University (sebanyak 9 orang) yang dipimpin oleh Prof. Hefni Effendi, yang merupakan guru besar FPIK dan Advisory Board PPLH IPB University, melakukan survey, tim banyak menjumpai satwa liar di dalam kawasan, bahkan di sekitar mess penginapan berkeliaran sejumlah satwa yang sudah bersahabat dengan manusia seperti: rusa sambar, kerbau, babi hutan, berbagai jenis burung, landak, kelinci, monyet ekor panjang, musang, tupai, biawak, dsb.

Tujuan dari kajian ini adalah untuk memetakan kondisi lingkungan pesisir dan laut yang meliputi: hutan mangrove, vegetasi pantai, terumbu karang, padang lamun, fauna pesisir, kualitas air, plankton, benthos, dan nekton.  Tim juga disertai dengan pilot drone profesional untuk memetakan ekosistem wilayah pesisir dan laut.  Kehadiran tim riset ini ke TWNC difasilitasi oleh PHE OSES dan ditugaskan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK.

Pengelola TWNC yakni Artha Graha Penduli, yang diberi wewenang kelola oleh KLHK, sangat menyambut baik kehadiran tim riset PPLH IPB University dan mereka mengharapkan kepakaran (expertise) tim survey dapat ditularkan secara cepat ke para pegawai dan ranger hutan TWNC, khususnya yang berkaitan dengan ekologi pesisir dan laut.  Oleh karena itu, tim survey juga melakukan proses pengabdian berupa pemberian tahu kepada para pekerja TWNC tentang jenis vegetasi pantai dan tumbuhan mangrove serta terumbu karang dan padang lamun.

Temuan awal pada riset ini, berupa keunikan formasi ekosistem terumbu karang yang di tempat lain justru jarang ditemukan. Pengaruh ombak yang besar dari Samudera Hindia dan masukan dari Selat Sunda barangkali berkontribusi terhadap keruhnya perairan pesisir dengan jarak pandang yang terbatas, sehingga ekosistem terumbu karang tidak banyak ditemukan, demikian dipaparkan oleh Dr. Wazir Mawardi, penyelam (diver) profesional yang juga dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) FPIK IPB University.

Analisis Vegetasi (Anveg) menemukan beberapa jenis mangrove yakni Rhizophora, Nypa, Bruguera, Xylocarpus, dan Avicennia.  TWNC berfokus kepada tidak hanya menjaga kelestarian hutan hujan tropis di dalam kawasan tapi juga fauna yang menghuni di dalamnya.  Segenap hewan di dalam kawasan yang menderita sakit akan dirawat di pusat rehabilitasi oleh 3 orang dokter hewan.  Ketika hewan sakit tersebut sudah sehat kembali maka akan dilepas liarkan kembali ke habitatnya di kawasan TWNC, ujar Bapak William sebagai top manajemen pengelola TWNC.  Pemberdayaan masyarakat pesisir yang menjadi enclave di kawasan juga menjadi fokus binaan TWNC dengan menyediakan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan beasiswa pendidikan hingga universitas.  Sebagian besar staf di TWNC berasal dari desa tersebut.

Salah satu yang unik juga adalah ditemukan Hairy-nosed Otter (Lutra sumtrana) yang sebelumnya telah diindikasikan punah.  Juga dilaporkan keberadaan Siamang (Symphalangus sydactylus), Flying Lemur (Galeopterus variegatus), Surili (Presbytis melalophos), dsb, demikian dilaporkan oleh Mas Guntur selaku pegawai TWNC. Oleh karena itu, TWNC merupakan kawasan yang kaya akan biodiversity (keanekaragaman hayati), sehingga pantas dinobatkan sebagai World Natural Heritage UNESCO.

SDGs yang tercakup dalam kajian ini adalah SDGs 13 Penanganan Perubahan Iklim, karena kegiatan ini melakukan inventarisasi vegetasi pantai dan hutan mangrove yang merupakan carbon sink.  SDGs 14 Ekosistem Laut karena kajian ini melaksanakan inventarisasi mutu laut yang mencakup kualitas air, plankton, benthos dan nekton, hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun.  SDGs 17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, aktivitas ini melibatkan akademisi, swasta (dunia usaha), KLHK, dan masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *