Peneliti PPLH IPB Raih Hibah Penelitian dari Asia-Pacific Network for Global Change Research

Peneliti PPLH IPB Raih Hibah Penelitian dari Asia-Pacific Network for Global Change Research

Peneliti sekaligus Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lembaga Riset Internasional Lingkungan dan Perubahan Iklim (PPLH LRI LPI) IPB University Dr. Yudi Setiawan, M.Env.Sc berhasil meraih hibah penelitian (riset) dari Asia-Pacific Network for Global Change Research. Dalam kesempatan wawancara (11/11/2025) di Gedung PPLH IPB, Dr. Yudi Setiawan menyampaikan bahwa Riset ini bersifat multi-kolaboratif karena melibatkan lembaga penelitian, kampus dalam dan luar negeri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta kementerian terkait. “Riset ini melibatkan peneliti-peneliti dari IPB University, Kementerian Kehutanan, Kampus luar negeri yang berasal dari Universiti Putra Malaysia, Universiti Teknologi Malaysia, University of Tokyo, ada BRIN juga,” rincinya.

Fokus dan lokus pada penelitian ditekankan pada kajian mengenai dinamika dan penyebaran spesies asing invasif (IAS-Invasive Alien Species) di ekosistem khatulistiwa beserta relevansinya dengan perubahan iklim. Pendekatan studi yang ditawarkan bersifat komprehensif melalui pengamatan in situ (di lokasi atau kawasan), penginderaan jauh dengan citra satelit, genomika, dan pemodelan matematika. Ekosistem yang menjadi lokus penelitian adalah Taman Nasional Ujung Kulon di wilayah barat Pulau Jawa serta Taman Nasional Baluran di Pulau Jawa bagian timur.

Lebih lanjut, Dr. Yudi Setiawan menjelaskan bahwa, saat ini spesies invasif mengancam keanekaragaman hayati, jasa ekosistem, dan produktivitas di ekosistem khatulistiwa. Menurut Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim (UU No. 5 Tahun 1994), spesies invasif adalah spesies yang diperkenalkan dan menyebar di luar jangkauan alaminya mengancam ekosistem asli. “Studi ini menyelidiki gangguan ekologis yang disebabkan oleh spesies invasif di dua kawasan keanekaragaman hayati penting di Indonesia, yaitu Taman Nasional Baluran dan Ujung Kulon. Di Baluran, invasi Vachellia nilotica yang berasal dari afrika atau lebih dikenal dengan Acacia nilotica dan juga disebut pohon gom arab atau akasia berduri telah mengubah struktur sabana asli, sementara di Ujung Kulon, Arenga obtusifolia membahayakan habitat mencari makan yang penting bagi badak Jawa yang terancam punah,” jelas Dr. Yudi.

Riset ini mengusulkan kerangka kerja integratif untuk memprediksi dan mengelola dinamika spesies invasif di bawah perubahan iklim. Proyek ini menggabungkan genomika untuk mendeteksi sifat adaptif, penginderaan jauh berbasis satelit untuk memetakan perubahan habitat, dan pemodelan mekanistik untuk memprediksi risiko invasi spasial-temporal. Selain solusi spesifik lokasi, penelitian ini bertujuan memajukan kerja sama regional dengan mengembangkan Solusi Berbasis Alam (Nature-based Solutions-NbS) bersama otoritas kawasan lindung dan pemangku kepentingan utama.

Proyek ini akan mengembangkan platform pemodelan risiko spesies invasif yang dapat direplikasi, memberikan informasi untuk sistem peringatan dini, dan memberikan panduan strategis yang selaras dengan jalur Invasive Alien Species (IAS) ASEAN dan target keanekaragaman hayati global pasca-2020. Dengan menjembatani sains, teknologi, dan kebijakan, studi ini meningkatkan kapasitas regional untuk pencegahan dan pengendalian IAS, berkontribusi pada pencapaian SDGs 13 dan 15, dan menyajikan model baru untuk ketahanan ekologis lintas batas dalam menghadapi percepatan perubahan lingkungan.[HA]