Studi Hidrologi Global Area North-Central PT PHR WK Rokan Kerjasama dengan PPLH IPB
Rokan Hilir, Riau – Isu banjir yang melanda Wilayah Kerja (WK) Rokan milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bukanlah hal baru. Selama puluhan tahun, kawasan ini telah menjadi langganan banjir, yang berdampak langsung pada operasional produksi migas. Puncaknya terjadi pada Januari hingga Februari 2024, saat bencana banjir menyebabkan 50 sumur (well) terpaksa berhenti beroperasi. Dampak dari kejadian ini sangat signifikan, tercatat Lost Production Opportunity (LPO) mencapai 70.011,1 Barrel Oil per Day (BOPD).
Menanggapi kondisi tersebut, PT PHR mengambil langkah serius dengan melakukan studi hidrologi menyeluruh di area North-Central sebagai bentuk mitigasi jangka panjang. Studi ini bertujuan untuk menentukan tinggi muka air banjir berdasarkan periode ulang yang relevan, guna mengevaluasi dan merancang ulang elevasi berbagai infrastruktur penting, seperti wellhead, fasilitas pompa, sistem kelistrikan, rig service, serta jalur akses menuju lokasi produksi. Kawasan North-Central dipilih karena merupakan salah satu area prioritas yang tidak boleh tergenang air demi menjaga kelangsungan operasional migas.



Lokasi studi meliputi sejumlah field di wilayah kerja PHR, yakni Pelita, Kopar, Pager, Sihangat, Reco, Kelok, Tilan, Tiang, Candi, dan Rantau Bais. Kawasan-kawasan tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam lima Area of Interest (AOI) untuk memudahkan analisis dan pemodelan. Studi ini berlangsung selama empat bulan, dimulai pada Agustus hingga Desember 2024, dengan survei lapangan yang dilakukan pada 30 September hingga 4 Oktober 2024. Kegiatan ini mencakup pengumpulan data elevasi topografi area field dan tanggul, serta pengukuran batimetri Sungai Rokan.
Langkah awal studi diawali dengan identifikasi wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Rokan dan lokasi sumur yang rawan terdampak banjir. Selanjutnya dilakukan analisis genangan banjir menggunakan citra satelit, yang dikembangkan menjadi peta model banjir untuk menentukan Area of Interest (AOI) sebagai fokus pemodelan. Pemodelan banjir dilakukan menggunakan perangkat lunak SWAT+ untuk mensimulasikan aliran permukaan dan debit sungai, serta HEC-RAS untuk mensimulasikan penyebaran genangan di setiap AOI. Hasil simulasi kemudian divalidasi melalui pengamatan langsung di lapangan serta dokumentasi udara menggunakan drone.
Menurut Dr. Liyantono, peneliti dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB yang terlibat dalam studi ini, kesesuaian antara data tinggi muka air secara temporal milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dengan luas genangan hasil deteksi citra satelit menjadi bukti kuat bahwa data tersebut dapat digunakan sebagai dasar analisis. “Data tinggi muka air secara temporal milik BBWS menunjukkan konsistensi yang baik dengan luas genangan banjir yang terdeteksi melalui analisis citra satelit. Keselarasan ini membuktikan bahwa data tersebut dapat digunakan secara valid sebagai dasar analisis dalam studi hidrologi di wilayah kerja Rokan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr. Liyantono menjelaskan bahwa hasil survei pengukuran topografi di lapangan menunjukkan bahwa area North-Central memiliki karakteristik yang relatif datar. Kondisi ini menjadikan wilayah tersebut berfungsi sebagai flood plain alami ketika debit air sungai meluap. “Hasil pengukuran topografi menunjukkan bahwa area ini cukup datar, sehingga saat air Sungai Rokan melimpas, area ini cenderung menjadi dataran banjir atau flood plain. Ini menjadi dasar penting dalam mempertimbangkan strategi mitigasi,” ujarnya.
Melalui sintesis hasil deteksi genangan, pemodelan curah hujan dan debit sungai, serta simulasi banjir, studi ini menghasilkan pemahaman komprehensif mengenai karakteristik banjir di kawasan North-Central. Dari hasil tersebut, PT PHR dapat melakukan analisis mendalam terhadap berbagai alternatif strategi mitigasi dan adaptasi, baik jangka pendek maupun panjang.
Hasil akhir dari studi ini memberikan sejumlah rekomendasi penting yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Rekomendasi tersebut mencakup penetapan elevasi aman terhadap banjir dengan periode ulang yang sesuai, penyusunan road map atau skema besar penanganan banjir di wilayah kerja, serta usulan desain penanggulangan banjir yang efektif, efisien, dan mudah diterapkan di lapangan. Seluruh rekomendasi ini diharapkan dapat mendukung keberlangsungan operasional migas di WK Rokan dan mengurangi risiko gangguan produksi akibat bencana banjir di masa mendatang.